Dilansir dari Detikfinance, bauksit di wilayah Indonesia bisa dibilang cukup melimpah. Mengutip Booklet ESDM Bauksit 2020, disebutkan cadangan bauksit Indonesia sebesar 4% dari total cadangan dunia.
Cadangan bauksit dunia mencapai 30,39 miliar ton. Dengan 4% dari cadangan dunia, Indonesia memiliki sekitar 1,2 miliar ton. Disebutkan, cadangan bauksit Indonesia nomor 6 terbesar di dunia. Posisi Indonesia di bawah Guinea 24%, Australia 20%, Vietnam 12%, Brasil 9% dan Jamaika 7%.
Pulau Bintan menjadi daerah penghasil bauksit terbanyak dan terbesar yang ada di Indonesia. Bauksit memiliki tekstur yang agak kasar dengan tampilan luar berwarna orange kecokelatan dengan semburat berwarna kuning.
Inilah komoditas yang penting. Sebab bauksit merupakan bahan baku aluminium. Dalam booklet ESDM itu dijelaskan, bauksit dimurnikan untuk memperoleh alumina dan dilebur untuk membuat aluminium. Untuk menghasilkan 1 ton alumina dibutuhkan 2-3 ton bauksit.
Kebutuhan aluminium paling banyak digunakan untuk sektor transportasi dengan porsi 29%, bangunan dan konstruksi 25%, kemasan 12% dan kelistrikan 11%. Barang tahan lama dan lain-lain masing-masing sebesar 7%.
Bauksit memiliki segudang manfaat yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti untuk bahan dasar alumunium. Setelah menjadi aluminium, manfaat bauksit bisa digunakan untuk membuat beragam peralatan dapur hingga perkakas rumah. Kemudian jadi bahan Abrasif, contohnya ampelas. Digunakan untuk memperhalus tampilan kayu atau besi supaya teksturnya tidak kasar.
Selain itu manfaat bauksit untuk sebagai proppant yang dapat mencegah retakan pada bangunan akibat tekanan tinggi yang terjadi. Kemudian bisa digunakan sebagai bahan pembuatan kemasan makanan. Kebanyakan kemasan makanan yang menggunakan campuran bauksit adalah makanan kaleng. Pada bagian luar kaleng biasanya dibuat dengan menggunakan bahan campuran bauksit, supaya mencegah masuknya air ke dalam kemasan.
Karena itulah, Bapak Jokowi mengatakan industrialisasi bauksit ini akan berdampak positif pada penerimaan negara. Optimistis pendapatan negara naik ketika kebijakan ini diterapkan. Dari industrialisasi bauksit di dalam negeri ini kita perkirakan pendapatan negara akan meningkat dari Rp 21 triliun menjadi sekitar kurang lebih Rp 62 triliun.